Power

Power
Tujuan pembuatan blog "Gogeneration" ini adalah sebagai sarana untuk berbagi ilmu pengetahuan dan mencerdaskan anak bangsa, dengan mengumpulkan tutorial dan artikel yang terserak di dunia maya maupun di literature-literature yang ada. Semoga dengan hadirnya blog "Gogeneration" ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. dan saya ingin sharing tentang power plant dan substation khususnya di electrical, mechanical , automation, scada. walaupun sudah lebih dari sepuluh tahun menggeluti dunia itu tapi masih banyak hal yang harus dipelajari. dengan blog ini saya berharap bisa saling sharing, Blog ini didedikasikan kepada siapa pun yang mencintai ilmu pengetahuan
Powered By Blogger

Minggu, 29 Januari 2012

TEGANGAN PELAYANAN


TEGANGAN PELAYANANPDF


   Pada tempo doeloe, di PLN Cabang Makassar dan PLN lainnya, tegangan yang kita kenal ada dua, yaitu Tegangan Rendah dan Tegangan Tinggi. Waktu itu tegangan transmisi di Sulawesi belum ada. Organisasi di PLN Cabang Makassar dikenal Seksi-seksi antara lain;
Catatan oleh adabuddin


Pada tempo doeloe, di PLN Cabang Makassar dan PLN lainnya, tegangan yang kita kenal ada dua, yaitu Tegangan Rendah dan Tegangan Tinggi. Waktu itu tegangan transmisi di Sulawesi belum ada. Organisasi di PLN Cabang Makassar dikenal Seksi-seksi antara lain; Perencanaan, Kamar Meter/Tera, Tegangan Tinggi dan Dinas Gangguan, dan Tegangan Rendah. Waktu itu tegangan tinggi yang kita kenal adalah tegangan 7 kV yang ditransformer ke tegangan 220/127 Volt. Pada tahun 1969, dilakukan perubahan tegangan tinggi dari 7 kV menjadi 11,5 kV. Proyek ENEX (1970an) menyiapkan konstruksi tegangan menengah 20 kV dan baru sekitar tahun 1985 baru bisa dioperasikan menjadi tegangan 20 kV. Seiring dengan perubahan tegangan 7 kV ke 11,5 kV dibangun PLTU dan transmisi 30 kV bersama Gardu Induknya (Tello, Kalukuang, Bontoala, Sungguminasa, Mandai dan Tonasa). Perubahan tegangan kemudian dilakukan pada sisi transmisi menjadi 70 kV yang kemudian dirobah lagi menjadi 150 kV. Sementara itu pada tahun 1980an tegangan rendah dirobah menjadi 220/380 Volt.
Baru pada tahun 1995, PLN menerbitkan Standar PLN, SPLN 1 : 1995 tentang Tegangan- Tegangan Standar. Pada Pasal 2 ayat 3 Standar ini disebutkan batasan-batasan sbb;
3.3. Tegangan Rendah antara 100 volt sampai 1.000 volt.
3.4. Tegangan Menengah di atas 1.000 volt sampai dengan 35.000 volt.
3.5. Tegangan Tinggi di atas 35.000 votlt sampai dengan 245.000 volt.
Kemudian diskripsi tegangan menengah diperlihatkan pada Tabel 2 Pasal 3 yang dikutip di bawah ini:


Ketentuan tentang variasi tegangan pelayanan hanya disebutkan untuk tegangan rendah yaitu +5% (pangkal) dan -10% (ujung).
Pada pengaturan tap trafo distribusi diatur dalam SPLN 50 : 1997 tentang Spesifikasi Transformator Distribusi, yaitu untuk trafo 3 fase adalah +/- 5% dan/atau +/-10%. Dengan demikian sebuah Trafo Distribusi akan mempunyai pengaturan tegangan dari Tap Changer 20 kV +/- 5% atau 20 kV +/- 10%. Dalam berbagai pembahasan pada tulisan-tulisan yang lalu kami cenderung memakai Tap 20 +/- 5% dengan 3 posisi Tap atau Tap  21 kV (+5%), 20 kV, dan 19 kV (-5%). Tap inilah yang akan kita pakai sebagai dasar pada tulisan-tulisan selanjutnya.
Sebelum mengatur daerah pelayanan tegangan menegah, kita masih perlu lagi satu bahan pendukung yaitu spesifikasi pengahntar/kawat aluminium. Kita ambil luas penampang penghantar 150 mm2, KHA (Kemampuan Hantar Arus) 423 Ampere dan Resistansi kawat adalah 0,206 Ohm per kilometer (SPLN 41-1-1981 dan SPLN 41-10-1991). Sumber Tegangan Menengah Distribusi adalah Sekunder Trafo GI.
Kita ambil asumsi bahwa tegangan GI harus 21 kV, maka pangkal tegangan menengah adalah 21 kV dan berdasarkan SPLN di atas, maka ujung tegagan menengah adalah 19 kV. Ketiga titik ini kita atur pada JTM 20 kV supaya pada trafo Distribusi tetap mengeluarkan tegangan rendah yang sama (400 volt).


Arus maksimum 423 A
Resistansi 0,206/km
Jadi Vd per kilometer = 423 * 0,206 =  87 Volt.
Tegangan ujung = 19 kV , atau Vd pada ujung JTM = 2.000 Volt.
Jadi panjang JTM untuk Vd 2000 Volt = 2000/87 = 23 km.
Kalau kita berasumsi arus hanya 50 %, maka panjang JTM akan naik 2 kali lipat atau 46 km untuk Vd 2000 Volt. Dari sini kita atur JTM ke dalam 3 bagian; pangkal (21 kV), normal (20 kV), dan Ujung (19 kV). Kalau pembagian ini diatur pada jarak, maka pembagian Tap Trafo Distribusi adalah:
1. Kilometer 0 sd kilometer 15,3, semua Trafo Distribusi diTap pada Tap 1 (21 kV).
2. Kilometer diatas 15,3 sd 30,6, semua Trafo Distribusi diTap pada Tap 2 (20 kV).
3. Kilometer diatas 30,6 sd 40,6, semua Trafo Distribusi diTap pada Tap 3 (19 kV).


Semua Trafo Distribusi yang terpasang (3 zone) akan mengeluarkan tegangan pelayanan (pangkal 400 V) pada beban kosong.
Sesuai Standar PLN, SPLN 1 : 1995 yang telah disebutkan di atas, tegangan pelayanan adalah +5%  pada pangkal dan -10 % pada ujung.
Sekarang kita lihat SPLN 50 : 1997, maka Impedansi adalah 4%. Dengan demikian tegangan pada beban penuh adalah 400 – (4%*400) = 384 Volt phase-phase atau 384/√3 = 222 Volt pada phase-netral. Inilah tegangan pangkal yang kita pakai. Dengan tegangan 384 Volt di pangkal, maka tegangan ujung diperbolehkan 384 – (10% * 384) = 346 Volt, atau tegangan phase netral adalah 346/√3 = 200 Volt.
Sebagai ilustrasi berikut kami copy SMS pembaca yang dimuat di Koran Fajar tanggal 3 November 2011 yang mengeluhkan tegangan pelayanan yang sangat rendah (165 Volt).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar