TEGANGAN TURUN/TEGANGAN REDUP |
Di dalam tulisan dengan judul Puang Taba dan Seleting Jauh yang sudah kami edit dan saat ini sudah siap dicetak ada tertulis kalimat berikut ini: “Perlu juga diingatkan bahwa tegangan redup/tegangan turun tidak semua penyebabnya dari “seleting jauh”, masih banyak penyebab lain yang bisa membuat tegangan turun atau tegangan redup. Mungkin penyebab-penyebab itu lain kali bisa kita diskusikan lagi”. Di dalam tulisan dengan judul Puang Taba dan Seleting Jauh yang sudah kami edit dan saat ini sudah siap dicetak ada tertulis kalimat berikut ini: “Perlu juga diingatkan bahwa tegangan redup/tegangan turun tidak semua penyebabnya dari “seleting jauh”, masih banyak penyebab lain yang bisa membuat tegangan turun atau tegangan redup. Mungkin penyebab-penyebab itu lain kali bisa kita diskusikan lagi”. Pada tulisan ini kita coba mengidentifikasi apa saja yang menyebabkan tegangan turun sesuai pengalaman selama ini. TM Trafo Lepas Satu Phase. Kali ini kembali Saya akan bercerita pengalaman pertama saya mengenai hal ini. Kejadiannya pada saat Sdr Martinus Boli (alm) bertugas sebagai penerima telepon Dinas Gangguan (saat ini namanya Pelayanan Pelanggan?). Waktu itu sekitar tahun 1983, tanggal dan bulan saya lupa. Telepon bordering di Dinas Gangguan yang langsung diterima oleh Martinus, “oh yah Pak segera kami periksa”, demikian kira-kira jawaban pak Martinus. Baru saja telepon ditutup, berbunyi lagi dan jawabannya selalu hampir sama; “segera kami periksa”. Biasanya jawaban berikutnya adalah “kami sudah mengirim Petugas ke sana”. Setelah beberapa penelpon masuk dan kelihatannya keluhannya sama, maka dengan segera pak Martinus memanggil mobil TM1 (mobil ini adalah petugas Piket Tegangan Menengah). “TM 1 Dinas gangguan memanggil !” “Silahkan masuk Dinas Gangguan, di sini TM1” “Tolong diperiksa Gardu H5, kelihatannya Cut-out nya lepas satu phase”. Perintah yang dikeluarkan oleh Pak Martinus ini adalah berdasarkan pengalaman beliau selama ini sebagai petugas Dinas Gangguan. Hal ini Saya tahu karena latar belakang pak Martinus adalah petugas Gudang PLTU Tello yang setelah PLTU terbakar tahun 1971 beliau dipindahkan ke PLN Cabang Makassar. Penugasan beliau di Dinas Gangguan yang dengan segera bisa mengambil suatu kesimpulan dari beberapa Pengadu, saya kira karena pengalamannya selama bertugas pada Dinas gangguan. Kejadian di atas adalah adanya beberapa orang yang mengadu tegangan turun/redup di rumahnya pada Area yang sama yaitu sekitar Gardu H5. Biasanya kalau gangguan seperti ini, pasti satu phase TM yang ke Trafo putus dan berdasarkan pengalaman selama ini hampir semua gangguannya diakibatkan oleh Cut-out lepas, jarang terjadi karena TM putus. Mari kita kaji lebih detail. Hubungan Vektor Trafo Distribusi (Vector Group). Untuk membicarakan hal ini secara praktis, yang pertama kita tahu dahulu adalah bahwa pada umumnya Trafo Distribusi dibuat dengan hubungan Dyn5 atau Dzn5. Huruf besar merupakan sisi tegangan yang lebih tinggi dan huruf kecil merupakan sisi tegangan yang lebih trendah. Jadi Dyn artinya sisi tegangan yang lebih tinggi, dalam hal ini 20 kV adalah hubungan D (Delta) atau Segitiga, sisi tegangan rendah dalam hal ini 0,4 kV (biasa disebut 380 Volt) adalah hubungan y (wye) atau Bintang. n (huruf sesudah y) adalah menandakan bahwa titik bintang pada hubungan y dihubungkan ke tanah. Selanjutnya 5 adalah angka jam (jam 5) yang menandakan pergeseran sudut antara primer dan sekunder adalah sesuai angka jam 5 atau kalau diganti dengan derajat sama dengan 5 x 30 = 150O. Mari kita lihat gambar-gambar dengan berbagai versi berikut ini. Sebenarnya yang ingin Saya sampaikan adalah (perhatikan gambar): 1. Untuk membangkitkan tegangan phase r pada TR, memerlukan induksi dari tegangan TM phase T dan R. Demikian juga untuk phase s memerlukan tegangan TM phase R – S. Untuk tegangan t berasal dari phase S - T. 2. Kalau phase S putus, maka tegangan terinduksi pada phase s (sekunder) menjadi tegangan setengah. Hal yang sama pada phase t. 3. Dengan demikian, apabila satu phase TM putus, maka pada TR akan mengalami satu phase tetap bertegangan normal dan 2 phase akan bertegangan setengah. Beban Berat dan atau Tidak Seimbang. Pagi itu, pada halaman Surat Pembaca Surat Kabar Pedoman Rakyat, terdapat surat yang mengeluhkan tegangan di rumahnya sangat redup. Pengirimnya beralamat di Jl. Macini Sawah Makassar, tanpa nomor rumah. Sebagaimana biasa, hal-hal seperti ini harus segera diselesaikan. Oleh karena itu pada Waktu Beban Puncak hari itu, saya bersama Tim meluncur menelusuri Jl. Macini Sawah. Di suatu rumah di pinggir jalan kami melihat lampunya menyala sangat redup. Kamipun singgah dan meminta izin kepada penghuni rumah untuk melakukan pengukuran tegangan. Ternyata tegangan di rumah itu tidak sampai 90 Volt (tegangan rendah masih memakai system 127/220 Volt). Segera kami panggil Pos Dinas ganggua: “Gangguan Makassar 4 memanggil”. “Silahkan TR Utara !” “Tolong dikirimkan Mobil Gangguan ke JL. Macini Sawah Nomor sekian”. Sambil menunggu Mobil Dinas Gangguan datang, kami menelusuri JTR rumah tersebut sampai di Gardu. Ternyata pengukuran beban di Gardu sangat tidak seimbang. Phase S sudah overload, sementara phase R dan T masih sangat ringan. Akhirnya tindakan yang dilakukan hanya memindahkan beban dari phase S ke phase R, dan masalah selesai, tegangan naik menjadi 110 Volt. Esok harinya muncul kembali surat pembaca di harian yang sama dengan ucapan terima kasih atas tindakan yang telah dilakukan PLN memperbaiki tegangan di rumah si pengirim surat. Sandar JTR Model Kawat Terbuka (Bare Conductor). Perhatikan Gambar 1. Urutan phase pada JTR ditinjau dari jalan adalah kawat 1 adalah R, kawat 2 adalah N, kawat ke 3 adalah S dan kawat 4 adalah T (atau R-N-S-T). Pada penyambungan SR (Sambungan Rumah), walaupun sudah ditentukan pengambilan phasenya, namun kelihatannya kebanyakan Pelaksana di lapangan melakukan penyambungan pada dua kawat di tengah. Dengan demikian pasti aman, tidak akan terjadi penyambungan menjadi phase – phase. Mengapa begitu? Yang mereka takutkan jika terjadi penukaran posisi phase S dan kawat Netral N. Hal ini bisa saja terjadi jika ada kesalahan penukaran phase pada saat JTR, misalnya tidak dilakukan pengaturan kembali sewaktu JTR menyeberang jalan. Perhatikan Gambar 2. JTR menyeberang jalan. Karena posisi kawat tidak ditukar/ dibalik, maka posisi urutan phase juga terbalik. Dalam hal ini kalau kawat 1 dan kawat 2 dihubungkan ke SR, maka akan tersambung menjadi pahase – phase. Demikian ceritanya sehingga pada umumnya akan terjadi ketak seimbangan beban dengan phase S yang overload. Karena tegangan drop itu rumusnya V = I . Z (hukum Ohm), maka akibatnya akan terjadi penurunan tegangan yang besar pada phase S sehingga pada SR yang mendapatkan sambungan phase S akan mendapatkan tegangan turun/redup (Perhatikan Gambar 3 dan Gambar 4). Dari cerita yang panjang lebar ini, jelaslah bahwa penyebab turunnya tegangan yang kedua adalah karena beban yang berat. Pentanahan Netral Lepas. Di suatu hari di tahun 2004, seorang konsumen PLN datang mengadukan dan menuntut PLN Wialyah Maluku dan Maluku Utara di Ambon agar peralatan listriknya berupa kulkas, dll dapat diganti. Bukan itu saja, tetapi konsumen ini juga menuntut untuk ganti rugi berupa uang yang cukup lumayan atas pelayanan PLN yang tidak profesional. Ganti rugi ini akan diproses lewat jalur hukum. Saya sebagai Manajer Teknik PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara menjadi stress akibat tuntutan ini. Kami membujuk konsumen tersebut agar kerusakan peralatan listriknya akan kami perbaiki atau menggantinya kalau tidak dapat diperbaiki. Tetapi hal ini tidak diperdulikan (mungkin saking marahnya). Karena tidak dapat disabarkan, yah apa boleh buat kaami menunggu saja aksinya, walaupun kami sudah sampaikan bahwa itu akan berdampak biaya yang tinggi. Sebenarnya secara teknis memang terjadi kesalahan pada Gardu yaitu Pentanahan Netral Trafo terlepas (mungkin dicuri). Akibatnya terjadi system 3 phase TR menjadi “ungrounded” atau sering kita sebut sebagai “melayang atau mengambang”. Sebenarnya secara teknis memang terjadi kesalahan pada Gardu yaitu Pentanahan Netral Trafo terlepas (mungkin dicuri). Akibatnya terjadi system 3 phase TR menjadi “ungrounded” atau sering kita sebut sebagai “melayang atau mengambang”. Kejadian ini terjadi karena beban tidak seimbang (pada kasus ini phase R yang dianggap berbeban berat). Dengan demikian drop tegangan di pengahntar pada phase R akan lebih besar (karena I besar, maka I.Z menjadi besar) dibanding dengan drop tegangan pada penghantar S dan T. Penyebab Tegangan Turun/Redup Lain yang Telah Teridentifikasi Sebelumnya 1. Hubung singkat yang jauh dari Sumber (dibahas pada tulisan dengan judul Puang Taba dan Seleting Jauh). 2. Tap Changer Trafo yang Tidak Sesuai (dibahas pada tulisan dengan judul Matching) 3. Tegangan Menegah Turun (dibahas pada tulisan dengan judul Penggantian Trafo, Beban Naik ?) 4. Brown Out (dibahas pada tulisan dengan judul Penggantian Trafo, Beban Naik?) Demikian Catatan kita kali ini, semoga bermanfaat dalam tugas sehari-hari. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar