MINYAK TRAFO |
Saya tertarik membuat Catatan bebas tentang Minyak Trafo ini disebabkan karena salah satu tugas PP Distribusi yang antara lain dikelola oleh KCA adalah “Pengambilan Sample Minyak Trafo” langsung dari Trafonya. Karena ini tugas dan tertuang dalam Kontrak berupa SLA (Service Level Agreement), maka perlu mendapat perhatian. Apabila SLA tidak dipenuhi, maka di sana menanti apa yang dinamakan “denda”. oleh : Adabuddin Saya tertarik membuat Catatan bebas tentang Minyak Trafo ini disebabkan karena salah satu tugas PP Distribusi yang antara lain dikelola oleh KCA adalah “Pengambilan Sample Minyak Trafo” langsung dari Trafonya. Karena ini tugas dan tertuang dalam Kontrak berupa SLA (Service Level Agreement), maka perlu mendapat perhatian. Apabila SLA tidak dipenuhi, maka di sana menanti apa yang dinamakan “denda”. Sebenarnya apa sih tujuannya sehingga minyak trafo ini harus selalu diambil ?. Sebagai perbandingan, beberapa Unit PLN Wilayah tidak memersyaratkan pengambilan contoh minyak trafo ini. Apakah dengan demikian, Unit tersebut mengalami gangguan Trafo yang banyak?. Saya juga tidak tahu karena tidak mempunyai data tentang hal ini. Fungsi Minyak Trafo Saya fikir (berdasarkan pengalaman selama ini), fungsi minyak trafo paling tidak ada dua; sebagai Isolasi dan sebagai Pendingin. Nah untuk memenuhi fungsi ini, maka minyak Trafo paling tidak harus: Dengan persyaratan-persyaratan tersebut, para Fabrikan (antara lain Pertamina) menyiapkan jenis minyak Trafo yang memenuhi . Sepanjang yang saya ketahui jenis-jenis minyak trafo yang pernah dipakai dan (mungkin) masih dipakai saat ini adalah; BEZ (buatan …), Diala C dan Diala B (Pertamina), dan Univolt dari Esso. Ada juga dari Gulf, ini saya lihat di Ternate. Mungkin saat ini sudah ada jenis lain ?. Persyaratan Minyak Trafo tertuang dalam SPLN 49-1 : 1982 (sudah cukup lama yah, jangan-jangan sudah adah aturan yang baru?). Konon metode ujinya harus sesuai Standar IEC 296, apa yang dimaksud dengan hal ini, tidak usah kita perpanjang. Persyaratan itu tertuang dalam Tabel berikut. Pada Trafo yang relatif besar, biasanya dipasangi konservator, yaitu semacam tangki di atas Trafo dan berisi minyak trafo yang tersambung ke Bak Trafo. Gunanya antara lain adalah untuk menghindari hubungan langsung minyak (yang panas) dengan udara luar. Biasanya dipasang juga tabung transparan untuk melihat level minyak trafo. Level minyak trafo sebaiknya di atas level bushing trafo. Jika level minyak di bawah bushing, dikhawatirkan di atas bushing akan terperangkap udara yang bisa membuat gangguan dan kerusakan pada Trafo. Apabila temperatur minyak lebih tinggi dari temperatur udara luar, maka ada kecenderungan udara dari dalam trafo mengalir ke luar. Sebaliknya jika Trafo dingin, ada kemungkinan udara luar mengalir ke dalam. Untuk mengatasi masalah ini biasanya dipasang “breather (pernafasan)”. Pernafasan ini ujungnya diisi silicagel untuk menyerap kandungan uap air. Pada mulanya silicagel ini berwarna biru (katanya karena mengandung cobalt chloride), tetapi jika sudah lembab warnanya akan berubah (kemerah-merahan ?). Pada saat tersebut silicagel harus dikeringkan di bawah sinar mata hari atau disangrai (digoreng tanpa minyak goreng) supaya kembali normal. Untuk Trafo Distribusi, pada umumnya tidak memakai silicagel dan sebahagian juga tidak memakai konservator. Saya jadi bingung (sudah ketinggalan jaman saya ini), jika minyak dikeluarkan, berarti bushing jadi kosong pada saat itu. Kemudian kalau mau menambah minyak harus lewat lobang mana? .(Tanya dong sama personil KCA). Pengetesan Minyak Trafo Contoh minya Trafo yang sudah diambil seharusnya ditest/diuji, paling tidak ada dua hal; tegangan tembus dan keasaman. Alat test tegangan tembus (foto di atas sebelah kiri) mempunyai dua electrode yang diset jaraknya 2,5 mm. Kemudian kedua ujung electrode diberi tegangan secara bertahap melalui regulator dan terpantau pada voltmeter di panel. Apabila terjadi loncatan tegangan berarti pada tegangan tersebut minyak break down/tembus. Nilai ini dicatat. Lakukan percobaan paling kurang lima kali baru diambil nilai rata-rata. Misalnya nilai rata-ratanya 20 kV/2,5 mm, berarti nilai per centimeter harus dikali empat sehingga nilainya menjdi 80 kV/cm. Sesuai Tabel di atas, maka nilai ini berada di bawah standar yang 120 kV/cm. Jika nilai sudah berada di bawah standar seharusnya minyak tersebut harus di”flushing” (dikeluarkan uap air dan partikel-partikel kotoran yang ada di dalamnya), baru kemudian diuji lagi, demikian seterusnya sampai didapatkan nilai yang baik. Kalau tidak bisa dinaikkan nilainya, yah minya harus diganti. Terhubungnya udara luar dengan minyak bisa mempercepat proses oksidasi. Terjadinya oksidasi bisa merusak tembaga (kumparan) dan inti (besi) pada Trafo. Oleh karena itu keasaman ini perlu juga dilakukan pengetesan. DSepanjang pengalaman saya, untuk Trafo Distribusi tidak sejauh ini yang dilakukan tetapi untuk Trafo Pembangkit dan Gardu Induk mungkin perlu dilakukan. Nilai keasaman sesuai Tabel SPLN di atas adalah < 0,4 mgKOH/gram. Dari uraian-uraian di atas, mungkin secara praktis kita bisa usulkan bahwa pengecekan Trafo Distribusi dilakukan secara menyeluruh dengan Megger. Saya fikir jika kita melakukan pemegeran antara bagian yang bertegangan (bushing) dengan body dan hasilnya baik, maka secara praktis Trafo dan minyaknya masih layak dioperasikan. Yang kedua pada Trafo yang baru dilakukan pemeriksaan minyak setelah terpasang 3 tahun. Yang ketiga, jika didapati minyak Trafo jelek, langsung saja diganti secara menyeluruh, kemudian bekas minyaknya dikumpul pada suatu tangki dan dilakukan flushing. Jika nilai tegangan tembus (dan keasaman)nya sudah bagus, barulah dimasukkan lagi pada Trafo yang minyaknya jelek. Tentunya usul ini adalah usulan praktis yang mungkin tidak sesuai dengan standar (?). |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar