CONNECTOR |
Untuk menyambung antara dua penghantar, secara umum dipakai material penyambung yang (mungkin) disebut Connector (selanjutnya kita sebut saja konektor). Secara prinsip, fungsi dan tujuan utama dari konektor ini adalah menyatukan dua penghantar sedemikian rupa sehingga tahanan kontak penyambungan itu menjadi sangat kecil (kalau perlu NOL). Catatan bebas : Adabuddin Untuk menyambung antara dua penghantar, secara umum dipakai material penyambung yang (mungkin) disebut Connector (selanjutnya kita sebut saja konektor). Secara prinsip, fungsi dan tujuan utama dari konektor ini adalah menyatukan dua penghantar sedemikian rupa sehingga tahanan kontak penyambungan itu menjadi sangat kecil (kalau perlu NOL). Pada jaman dahulu, sebelum teknologi konektor maju seperti sekarang, cara penyambungan kawat hanya dililit saja. Untuk memperkuat sambungannya pada penyambungan tertentu biasanya di”pertin” (dilapisi timah). Muncullah bermacam model sambungan, antara lain sambungan bunga (untuk kawat BC serabut),sambungan ekor-babi (untuk sambungan kawat NYA), dll. Pada saat transisi antara penghantar tembaga ke penghantar alluminium timbul masalah pada konektor, terciptalah kemudian konektor bimetal (pasti Anda sudah tahu konektor jenis ini, kalau belum tahu tanya teman yang mengetahuinya). Alhamdulillah, saat ini sudah berbagai jenis konektor dipakai berdasarkan jenis/fungsi penghantarnya dan kelihatannya sudah tidak bermasalah lagi misalnya tentang adanya los-kontak pada titik sadapan penyambungan SR, padahal jaman dahulu termasuk pekerjaan perbaikan ini cukup menyita waktu petugas pelayanan teknik (dh: Dinas Gangguan). Jenis konektor untuk kabel terpilin (twisted) sudah ada sehingga tidak bermasalah lagi. Namun kemudian muncul masalah yang diakibatkan oleh salah pemasangan pada jenis konektor yang kepala bautnya dobel. Seharusnya baut atas pada saat penguncian harus putus, barulah hubungan itu bagus tetapi ada kalanya tidak dikunci sampai patah/putus sehingga tetap terjadi longgar/loskontak pada sambungannya. Pada sambungan JUTM, berbagai model konektor juga dipakai, antara lain; parallel groove, type H, joint sleeve, dan yang terakhir adalah generasi untuk PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) yaitu LLC (Live Line Connector, mohon dikoreksi kalau salah). Gambar di atas adalah jenis konektor parallel-groove yang terdiri dari type 2 pengikat dan 3 pengikat. Berdasarkan prinsip konektor yang kita definisikan di atas, maka type 3 pengikat lebih bagus dari type 2 pengikat, tentunya karena pada 3 pengikat lebih banyak luas permukaan kontak yang bersinggungan/menyatu antara dua kawat/penghantar. Apabila dipakai untuk menyambung JTUM yang ditarik (antar tiang), maka konektor yang dipakai seharusnya model “join sleeve” (lihat gambar ). Join sleeve adalah konektor yang berupa selonsong dan padanya ujung-ujung kawat dimasukkan kemudian dipress dengan alat press kabel. Untuk tap-konektor (tanpa tarikan), bisa memakai model paralel groove atau type h. Diantara ketiga konektor tersebut join sleeve adalah yang paling bagus, baik sifat mekaniknya (tarikan) maupun sifat elektrisnya (kontak antara 2 penghantar yang disambung memungkinkan Kemapuan Daya Hantar (KHA) konektor = KHA kawat/penghantar). Terlihat juga dalam gambar bahwa paralel-groove kualitas kontaknya kelihatannya kurang bagus (pakai mur-baut). Berdasarkan uraian di atas, agar para petugas lapangan melakukan evaluasi jika menemukan “jumper” putus, apakah jumper putus itu pada konektornya atau pada kawatnya?. Jika ada pendapat lain/koreksi, silahkan disampaikan dan kita pelajari kembali. Demikian catatan bebas kita kali ini, mari maju “manggarube” bersama KCA. (manggarube itu bahasa Ambon), terima kasih. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar