Hukum Kirchhoff
4. Hukum Kirchhoff
4.1. Hukum Kirchhoff pertama (hukum titik simpul)
Pada rangkaian parallel selalu menghasilkan apa yang disebut dengan titik percabangan, yang juga dikenal sebagaititik simpul.
Pada titik tersebut arusnya bercabang. Dalam hal ini sesuai dengan aturan tertentu.
Contoh:
Kita amati misalnya pada titik A beberapa arus sebagaimana diperlihatkan, maka ditemukan bahwa arus I1 dan I2 mengalir masuk menuju titik simpul A, sedangkan arus I3, I4 dan I5mengalir keluar (meninggalkannya). Disini terbukti bahwa nilai arus yang masuk besarnya sama dengan nilai arus yang keluar.
Hukum Kirchhoff pertama (titik simpul):
Disetiap titik simpul (cabang), jumlah arus yang masuk besarnya sama dengan jumlah arus yang keluar.
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
Dengan bantuan rumus ini, maka arus yang belum diketahui pada suatu titik percabangan arus, dapat ditentukan besarnya.
Contoh:
Berapa besarnya arus I2 pada rangkaian dibawah ini ?
Jawab: I = I1 + I2 + I3 dijabarkan ke I2 menjadi;
I2 = I - I1 - I3 ; I2 = 12 A - 5 A - 4 A = 3 A
4.2. Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala)
Pada suatu rangkaian arus tertutup (jala-jala) terdapat suatu pembagian tegangan yang sangat tertentu. Pembagian tegangan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sesuai.
Contoh:
Kedua sumber tegangan dengan tegangan sumber US1 danUS2 elektron-elektronnya menggabungkan diri dalam memberikan pengaruhnya secara keseluruhan. Disini sumber tegangan tersebut bereaksi dalam arah yang sama. Mereka mengendalikan arus I sesuai dengan tahanan yang ada.
Pada suatu persamaan antara tegangan sumber dengan tegangan jatuh diketahui, bahwa hal tersebut sama besarnya, artinya yaitu tegangan sumber terbagi kedalam rangkaian arus secara keseluruhan.
Dari situ dapat disimpulkan hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala):
Disetiap rangkaian arus tertutup, jumlah tegangan sumber besarnya sama dengan jumlah semua tegangan jatuh.
US1 + US2 = I . R1 + I . R2 + I . R3
Dalam praktiknya suatu rangkaian arus biasanya hanya terdiri atas sebuah tegangan sumber dan satu atau beberapa beban.
Disini berlaku:
US = I . R1 + I . R2
Kita hubungkan lampu seperti yang tersebut diatas pada suatu kotak kontak, dengan demikian maka tegangan klem Ukotak kontak dalam hal ini berfungsi sebagai tegangan sumber US .
Maka berlaku:
U = I . R1 + I . R2; disederhanakan menjadi: U = I (R1 + R2)
Hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) dapat digunakan untuk bermacam-macam. Dia memungkinkan untuk menentukan suatu tegangan sumber yang belum diketahui, arus atau suatu tahanan.
Contoh:
Berapa besarnya nilai arus yang ditunjukkan amperemeter pada rangkaian dibawah ini ?
US1 + US2 + US3 = I . R1 + I . R2
US1 + US2 + US3 = I . (R1 + R2)
Jawaban:
Tegangan sumber semuanya berpengaruh dengan arah yang sama, pengaruhnya saling menggabungkan diri. Maka berlaku hukum Kirchhoff kedua (hukum jala-jala) :
Hukum Ohm
haeii kawan-kawan,, dah lama yah q gak posting baru....karena materi yg akan bagikan pada kawan - kawan menurut saya sangat sulit... saya butuh pemaham lebih lagi tentang materi ini...
dan postingan kali ini adalah tebtang Hukum Ohm dan macam Rangkaian kendali
ngomong-ngomong apa sih yang dimaksud dengan hukum ohm?????
untuk lebih jelasnya simak postingan di bawah ini.........
hukum Ohm
Kita hubungkan sebuah tahanan pada suatu tegangan dan membentuk suatu rangkaian arus tertutup, maka melalui tahanan tersebut mengalir arus yang besarnya tertentu. Besar kecilnya arus tergantung pada tahanan dan tegangan yang terpasang.
dan postingan kali ini adalah tebtang Hukum Ohm dan macam Rangkaian kendali
ngomong-ngomong apa sih yang dimaksud dengan hukum ohm?????
untuk lebih jelasnya simak postingan di bawah ini.........
hukum Ohm
Kita hubungkan sebuah tahanan pada suatu tegangan dan membentuk suatu rangkaian arus tertutup, maka melalui tahanan tersebut mengalir arus yang besarnya tertentu. Besar kecilnya arus tergantung pada tahanan dan tegangan yang terpasang.
Penjelasan tentang hubungan antara tegangan, kuat arus dan tahanan pada suatu rangkaian arus diperlihatkan oleh percobaan berikut :
Percobaan :
a) Pengukuran kuat arus pada bermacam-macam tegangan (2V, 4V, 6V) dan besarnya tahanan konstan (10W).
Gambar 2.1 Arus pada bermacam-macam tegangan
Perhatikan : Kuat arus I berbanding langsung dengan tegangan U
Percobaan :
b) Pengukuran kuat arus pada bermacam-macam tahanan (10W, 20W, 30W).dan besarnya tegangan konstan (6V).
Gambar 2.2 Arus pada bermacam-macam tegangan
Perhatikan : Kuat arus I berbanding terbalik dengan tahananR
Secara umum berlaku :
Kuat arus I adalah : a) berbanding langsung dengan tegangan U
b) berbanding terbalik dengan tahananR
Hal tersebut diringkas kedalam suatu formula, maka kita peroleh hukum Ohm.
Dalam hal ini digunakan satuan Volt, Ampere dan Ohm.
1.1. Grafik tegangan fungsi arus
Kita tempatkan tegangan termasuk juga arusnya kedalam suatu sistim koordinat yang bersudut siku-siku (pada sumbu horisontal tegangan U sebagai besaran yang diubah-ubah dan pada sumbu vertikal arus I yang sesuai sebagai besaran yang berubah) dan titik ini satu sama lain saling dihubungkan, maka kita dapatkan grafik tegangan fungsi arus.
Pada tahanan yang tetap konstan maka grafiknya lurus seperti diperlihatkan pada gambar.
Contoh :
1. Suatu kompor listrik untuk 220 V menyerap arus sebesar 5,5 A. Berapa besarnya tahanan kompor listrik ?
Diketahui : U = 220 V; I = 5,5 A
Ditanyakan : R
Jawaban :
Jawaban :
2. Pada suatu tahanan tertulis data 4 kW dan 20 mA.
Berapa besarnya tegangan maksimum yang boleh terpasang ?
Diketahui : R = 4 kW = 4000 W
I = 20 mA = 0,02 A
Ditanyakan : U
Jawaban : U = I . R U = 4000 W . 0,02 A = 80 V
3. Pada gambar 2.4 ditunjukkan grafik tegangan fungsi arus untuk tiga buah tahanan. Berapa besarnya nilai-nilai tahanan tersebut ?
Jawaban :
Grafik a : Untuk U = 10 V besarnya arus I = 20 mA = 0,02 A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar