LOSSES |
Setahu saya banyak sekali cara orang-orang yang bergerak di bidang ketenagalistrikan mencarikan perumpamaan supaya lebih jelas, apa yang dimaksud dengan losses. Kadang-kadang perumpamaan itu bahkan tambah mengaburkan masalahnya. Salah dua (supaya ada persamaan dengan istilah “salah satu”) dari perumpamaan itu adalah yang saya copy gambarnya di atas. Catatan Bebas Adabuddin Setahu saya banyak sekali cara orang-orang yang bergerak di bidang ketenagalistrikan mencarikan perumpamaan supaya lebih jelas, apa yang dimaksud dengan losses. Kadang-kadang perumpamaan itu bahkan tambah mengaburkan masalahnya. Salah dua (supaya ada persamaan dengan istilah “salah satu”) dari perumpamaan itu adalah yang saya copy gambarnya di atas.
Jawaban dari kasus 1 (sapi) adalah kemungkinan penurunan berat itu karena sapi tidak mau makan dalam perjalanan karena stress atau memang tidak diberi makan oleh pembawanya atau mungkin sakit?. Ketiga kemungkinan penyebab itu bersumber dari kurang perhatian dan atau kurang pemeliharaan. Penurunan berat ini mungkin bisa disebut susut atau losses. Demikian juga pada ketenagalistrikan, losses bisa membesar kalau kurang pemeliharaan. Tugas kita dari KCA tidak langsung menangani losses, tetap bisa berakibat dari pekerjaan kita yang tidak memperhatikan pemeliharaan, losses bisa membesar. Salah satu yang harus menjadi perhatian untuk dipelihara adalah meter kWh. Kalau untuk kasus 2 mungkin sudah jelas bahwa penurunan kapasitas tangki itu ternyata dipakai kendaraan (mobil tangki) untuk mengangkut solar. Dalam kasus ini energy primer (solar) dikirim dengan memakai solar juga. Kasus ini sering disebut sebagai losses teknik. Misalnya dari Bakaru dikirim daya sebesar 63 MW atau 63.000 kW atau 63.000.000 Watt, ternyata yang tiba di Makassar tinggal 60.480 kW. Lalu kemana 2.520 kW? Ternyata yang hilang itu telah dipakai mengangkut energy itu sendiri. Kalau diprosentasekan berarti (2.520/63.000) x 100 = 4 %. Di sini losses adalah 4 %. Kedua kasus di atas sama-sama disebut losses, cuma berbeda penyebabnya; kasus 1 karena kurang pemeliharaan dan kasus 2 karena merupakan ongkos kirim (losses teknik). Kedua hal ini bisa diusahakan untuk diperbaiki (diperkecil). Salah satu pemeliharaan yang seharusnya menjadi perhatian adalah pada APP (Alat Pembatas dan Pengukur). Dari temuan di lapangan ditemukan banyak meter kWh yang “kelihatannya” sudah sangat tua (dan mungkin tidak pernah diganti), bahkan ada yang berhenti/diam sehingga hasil pengukurannya bisa dipastikan tidak akurat lagi. Ini yang menyebabkan losses. Sebenarnya pemantauan dengan jam nyala bisa menjadi alat pendeteksi untuk melakukan penggantian. Mungkin masalahnya ada pada anggaran(?). wallahu a’lam !!. Sedikit penjelasan tentang losses jaringan. Secara umum losses teknik (utamanya di jaringan) dapat dihitung dengan Rumus: W (Wh) = I2 (Amp) x R (Ohm) x h (jam) Terlihat di sini bahwa ada 3 unsur yang mempengaruhi losses, yaitu Arus (Ampere), Resistan (Ohm) dan h (jam). I (Arus) bergantung kepada beban, jadi makin besar beban makin besar juga losses. h adalah jam atau waktu, jadi makin lama jaringan dioperasikan makin besar lossesnya. Yang ketiga adalah R (Ohm). R ini rumusnya adalah: R (Ohm) = (ρ x l) / S Penjelasannya: R itu adalah Resistansi (biasa disebut Hambatan (dalam Ohm)), ρ (dibaca rho) itu adalah Hambatan-jenis (satuannya Ohm.mm2/m), sedang l (panjang penghantar) satuannya meter. Adapun S adalah luas penampang penghantar dengan satuan mm2. Dari Rumus ini terlihat bahwa R bergantung kepada 3 hal yaitu: ρ , ini penggambaran dari jenis bahan. Contoh Tembaga itu lebih bagus dari Alluminium, jadi kalau kita pakai penghantar tembaga pasti ρ nya kecil dan karenanya R nya juga kecil; pada akhirnya lossesnya juga kecil (berarti bagus). l atau panjang penghantar. Dari rumus ini dapat dikatakan bahwa makin panjang penghantar, makin besar R dan karenanya makin panjang jaringan makin besar lossesnya Jadi supaya losses kecil usahakan penghantar/kawat jangan panjang (Bisakah ?). S lambang dari luas penampang penghantar dalam satuan mm2. Dalam rumus dia menjadi Penyebut. Kalau Penyebut itu dalam pecahan, berbanding terbalik dengan hasilnya, artinya kalau Penyebutnya besar, maka hasilnya kecil demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, makin besar kawat R makin kecil. Jadi supaya losses kecil, kawat penghantar diperbesar. Dalam istilahnya biasanya disebut pemberatan. Jadi kalau JTM diganti kawatnya dari 70 mm2 menjadi 150 mm2, disebut bahwa pada JTM tersebut dilakukan pemberatan dari 70 mm2menjadi 150 mm2. Tujuannya tentunya antara lain untuk memperkecil losses. Demikian sekedar catatan bebas kita kali ini, semoga bermanfaat adanya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar