HUBUNG TANAH 2
berapa besar arus mengalir ke tanah yang tidak diperkenankan
Judul kita kali ini adalah seperti tersebutdi atas dan telah ditulis pada Opini yang lalu. Untuk memulai Catatan kita kali ini sebagai lanjutan Opini tentang Hubung Tanah, ada baiknya jika kita kembali meninjau Gambar 4 dari Catatan kita yang lalu.
Pada kendaraan bermotor TANAH 1 dan TANAH 2 boleh dikata sama titiknya berupa body mobil yang semuanya Logam dan berjarak sangat dekat, sehingga dimanapun titik C terhubung ke body, pasti bunga apinya tetap besar. Akan halnya JTM, jarak antara TANAH 1 daan TANAH 2 bisa beratus-ratus kilometer. Contoh GI Bone melayani Penyulang Ulaweng sampai daerah Camba, yang jaraknya kurang lebih 100 kM. Apakah arus listrik yang mengalir jika JTM nya terkena Tanah pada Tacipi sama dengan jika JTM terkena tanah di ujung JTM di Camba ?. Logika kita pasti tidak sama. Kalau begitu pasti ada perbedaan antara TANAH 1 dan TANAH 2 pada Contoh di atas.
Gambar 6: Antara TANAH 1 dan TANAH 2 terdapat TAHANAN Tanah (Resistansi)
Jadi Gambar 6 bisa diganti menjadi seperti Gambar 7 berikut :
Dari Uraian di atas tahulah kita bahwa R tanah (Tahanan Tanah) adalah salah satu faktor yang memperkecil ARUS LISTRIK pada saat ada Hubung Tanah. Rumusnya itu bunyinya seperti ini :
I (arus listrik dalam Ampere) = Tegangan (dalam Volt) dibagi
R (Tahanan dalam Ohm)
Atau I = V/R
Jadi makin besar R, arus akan makin kecil.
Faktor yang kedua yang memperkecil arus listrik pada saat gangguan tanah adalah yang biasa disebut sebagai TAHANAN GANGGUAN (Fault Resistance). Apa itu ? Tahanan Gangguan adalah besarnya Tahanan (Resistansi) yang terjadi di temat gangguan. Misalnya beda tahanannya antara pohon basah dan pohon kering. Pohon basah lebih rendah tahanannya (atau lebih besar arusnya) dibanding pohon kering. Jadi pada musim hujan pasti lebih banyak hubung tanahnya dibanding musim kemarau.
Faktor yang ketiga yang mempengaruhi adalah Resistansi Jaringan. Jaringan mempunyai Tahanan yang bergantung kepada panjang, luas penampang, dan bahan jaringan. Makin panjang JTM makin besar Tahanannya, sehingga (misalnya) arus gangguan di Tacipi pastilah lebih besar dibanding arus gangguan di Camba.
Faktor keempat adalah model Pentanahannya. JTM Sulseltrabar, menganut NGR 40 Ohm, atau kalau kita hitung berdasarkan Rumus di atas, arusnya adalah Tegangan phasa / 40 = 11.500 Volt/40 Ohm = 288 Ampere.
Kalau semua faktor yang mempengaruhi arus hubung tanah ini digabung akan didapatkan
gambar seperti berikut:
Arus Gangguan Tanah = 11.500 Volt / ( R jaringan + R gangguan + R tanah + NGR)
Kalau R jaringan, R gangguan, R tanah diabaikan, maka Arus gangguan tanah = 11.500 dibagi 40 = 288 Ampere atau biasanya dibulatkan menjadfi 300 Ampere. Jawaban Judul tulisan ini akan dijelaskan pada Opini “Ground Fault 3”.